Gerakan Himpunan Mahasiswa Islam dalam Pemikiran dan Dakwah di Indonesia


Penulis: Ismail Suardi Wekke, Ph.D

PENDAHULUAN

HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) merupakan “pewaris” tradisi intelektual dari generasi sebelumnya dan mesti tetap berterusan sehingga berfungsi sebagai wadah yang mencetak/memproduksi generasi terpelajar baru, yang berlangsung secara berkesinambungan di tengah- tengah masyarakat Indonesia (Noer, 1980; Sitompul, 1995; dan Suryanegara, 1995). Berarti bahwa HMI mesti ikut berpartisipasi untuk menumbuhkan dan memperluas lapisan menengah masyarakat Indonesia, baik dalam konteks sosial, budaya, dan ekonomi maupun politik.

Persoalan dasarnya adalah bagaimana menjadikan Islam sebagai sumber konsep? Dengan cara bagaimana menjabarkan nilai-nilai normatif yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah tersebut menjadi konsep-konsep kehidupan yang operasional, yang mudah dapat dilaksanakan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat penting, dan di sinilah pula urgensinya golongan pemuda terpelajar dalam proses pemikiran dan perjuangan dakwah Islam.

Adalah amat penting bagi kehidupan umat Islam untuk berusaha menerjemahkan nilai-nilai agama yang

terkandung dalam Al-Quran, dengan sikap dan perbuatan nyata sehari-hari. Telah berabad-abad lamanya Al-Quran dapat menjadi pelita dunia ke arah hidup yang lebih baik, maju, dan beradab, maka bagi umat Islam Indonesia yang hidup di abad ke-21 ini, ianya mesti menunjukan kepada dirinya sendiri, apakah Al-Quran yang kita junjung tinggi dapat memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan umat manusia khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya.

Ketika HMI didirikan di Yogyakarta, Indonesia, 60 tahun yang lalu, ianya telah mengemban suatu amanat perjuangan, yaitu untuk merespon delapan faktor yang merupakan latar belakang perkembangan pemikiran dan pendirian HMI.1 Hal itu berarti bahwa sejak didirikan, pada tahun 1947 sampai dengan masa sekarang dan yang akan datang, HMI berperan sebagai organisasi perjuangan, dengan membawa suatu misi dakwah (Sitompul, 2002).

Perjuangan itu adalah suatu usaha yang teratur, tertib, sistematis, dan berencana untuk mengubah suatu tatanan atau kondisi yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan masa kini (Noer, 1983; Locke et al., 2002; dan Kartakusumah, 2016). Perjuangan juga menghendaki munculnya situasi baru, yang lain dari kondisi sebelumnya, sehingga dapat memenuhi tuntutan dan keperluan kontemporer, sebagimana kita kehendaki menuju keridloan Allah SWT (Subhanahu Wa-Ta’ala).

Bermakna juga bahwa hakekat dari perjuangan dakwah itu adalah mengubah, merombak, memperbaiki, memperbaharui, dan menyempurnakan semua tatanan yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan masa kini, sehingga tercipta suatu tatanan baru yang berbeda dengan masa sebelumnya. 

Dalam konteks ini, pemikiran dan dakwah HMI adalah suatu pesan yang diperjuangkan oleh organisasi pemuda terpelajar Islam, dalam keberadaannya sebagai organisasi mahasiswa Islam juga, untuk melakukan perombakan, perubahan, perbaikan, pembaharuan, dan penyempurnaan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk terciptanya situasi baru, untuk menyokong berhasilnya perjuangan pada tahap berikutnya (Noer, 1983; Sirfefa & Alfan, 1997; dan al- Habsyi, 2002).

Penelitian ini berusaha untuk menginventarisasi latar belakang munculnya konsep-konsep pemikiran ke- Islam-an dan ke-Indonesia-an HMI, yang digali dari berbagai sumber dan data HMI; kemudian melakukan pemahaman secara sistematik, guna memperoleh gambaran yang jelas sebagai pengetahuan baru. Suatu kontribusi ilmiah yang akan dihasilkan kajian ini adalah untuk memperkaya khazanah pemikiran Islam, sebagai warisan intelektual Muslim dari masyarakat Islam Indonesia pada umumnya dan dari HMI pada khususnya.

Bagi HMI, hasil kajian ini adalah berguna untuk memperluas dan mempertajam wawasan ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an, yang menjadi landasan kebijaksanaan HMI. Hasil penelitian juga diharapkan memberikan sarana bagi HMI agar dapat melakukan, baik peninjauan ulang maupun menilai kembali kemunculan pemikiran HMI tentang ke- Islam-an dan ke-Indonesia-an, yang ingin diperbaharui dan dikembangkan secara kontekstual untuk gerakan dakwah Islam di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka kajian ini memfokuskan pada pertanyaan-

pertanyaan penelitian, sebagai berikut: (1) Bagaimana konsep dan corak pemikiran ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an HMI, yang diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara di Indonesia?; serta (2) Bagaimana peranan HMI dalam gerakan dakwah di tengah- tengah masyarakat Indonesia yang berbagai kaum, suku, ras, agama, dan budaya?.

Kajian Literatur. Ada beberapa karya tulis, baik berupa buku, skripsi, tesis, maupun hasil-hasil penelitian lainnya, yang membahas tentang HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), yaitu seperti yang telah dilakukan oleh: A. Halim Mubin (1970); Muhammad Mansur (1971); Syaukani Bustami (1975); Victor

I. Tanja (1982); Sulastomo (1989); Agus Mulyana (1990); Muchriji H.A. Fauzi & Ade Komaruddin Muchammad eds. (1990); S.A. Saifullah (1994); Muhammad Rusli Karim (1995); dan Moksen Idris Sirfefa & M. Alfan (1997).

Kajian awal tentang sejarah HMI diungkapkan oleh A. Halim Mubin (1970). Seterusnya, karya Sulastomo (1989) membahas tentang masalah- masalah politik, yang memang pada waktu itu HMI terlibat secara intens dengan masalah-masalah politik kerana, misalnya, pada tahun 1963-1966, HMI mau coba dibubarkan oleh PKI (Parti Komunis Indonesia). Dapat dipastikan bahwa buku dari Sulastomo (1989) ini tidak membahas secara khusus tentang pemikiran dan dakwah HMI mengenai ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an.

Muchriji H.A. Fauzi & Ade Komaruddin Muchammad eds. (1990) membahas tentang komitmen HMI terhadap ke-Islama-n, ke-Indonesia-an, dan kemahasiswaan (Fauzi & Muchammad eds., 1990). Kepelbagaian pemikiran tentang HMI dikaji oleh Moksen Idris Sirfefa & M. Alfan (1997).

Tesis sarjana muda pertama tentang HMI ditulis oleh Muhammad Mansur (1971), yang membahas tentang sikap independensi HMI dalam memahami ajaran Islam dan implementasinya dalam bidang politik (Mansur, 1971).

Dari penelitian tersebut, juga substansi pembahasan tentang ke-Islam-an dan ke- Indonesia-an memang tidak ditemukan secara mendalam. Hal ini terjadi, kerana pendekatan yang dilakukan oleh memang berbeda (Mansur, 1971).

Penelitian dalam bidang administrasi dan organisasi pun, dalam hubungannya dengan HMI, telah dilakukan. Syaukani Bustami (1975), misalnya, mengkaji tentang partisipasi anggota-anggota HMI dalam organisasi kemahasiswaan di Indonesia (Bustami, 1975). Manakala Agus Mulyana (1990) menngkaji tentang organisasi HMI, dengan memberi tumpuan pada aktivitas anggota-anggota organisasi mahasiswa Islam ini dalam melawan gangguan yang ditimbulkan PKI atau Partai Komunis Indonesia (Mulyana, 1990).

Pada tahun 1995, Muhammad Rusli Karim menyelesaikan tesis sarjana di Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan UKM (Universiti Kebangsaan Malaysia) di Bangi, Selangor Darul Ehsan, Malaysia. Muhammad Rusli Karim (1995) membahas corak hubungan antara Islam dan politik, sebagaimana nampak dalam kasus penolakan HMI MPO (Himpunan Mahasiswa Islam, Majelis Penyelamat Organisasi) terhadap asas tunggal negara, yaitu Pancasila, untuk menggantikan semua asas Orpol (Organisasi Politik) dan Ormas (Organisasi Kemasyarakatan), termasuk yang telah digunakan oleh HMI sejak masa revolusi Indonesia (cf Karim, 1995; Shaleh, 1996; dan Malik, 2002).

Ada pula sarjana yang bukan anggota HMI dan tidak memeluk agama Islam, tapi secara mendalam mengkaji tentang HMI, yaitu Viktor I. Tanja (1982). Beliau menulis tesis Doktor di Hartford Seminar Foundation, Amerika Syarikat, pada tahun 1979. 

Victor I. Tanja telah berupaya mengungkapkan sejarah pendirian dan perkembangan HMI, kegiatannya, kedudukan ideologi HMI, dan kedudukannya di tengah gerakan-gerakan Muslim pembaharu lainnya di Indonesia, sikap HMI tentang pembangunan, hubungan antar agama, sekularisasi, serta persoalan-persoalan yang terkait dengan masalah-masalah ke-Islam-an dan ke- Indonesia-an lainnya (Tanja, 1982).

Dalam kesimpulan kajiannya, Victor I. Tanja juga menyatakan bahwa sejarah HMI terjalin sangat sempurna dengan sejarah Indonesia modern, sehingga orang akan gagal menimbangnya secara adil jika HMI dilihat sebagai sebuah turunan belaka dari gerakan pembaharu Muslim dari dunia Arab atau dari anak benua India. HMI sebagai putra Indonesia dan Muslim sejati, sejak awal didirikannya pada tahun 1947, telah berusaha menemukan jawaban dengan caranya sendiri, agar dengan demikian dapat membangun identitasnya dalam kerangka Indonesia (Tanja, 1982:169).

Terakhir, S.A. Saifullah (1994) mengkali tentang pemikiran dan sikap nasionalisme HMI. Masalah utama yang dibahas adalah tentang bagaimana persepsi HMI mengenai nasionalisme, termasuk bagaimana pula hubungan antara Islam dan nasionalisme di Indonesia (Saifullah, 1994).

Dalam kajian literatur ini dapat disimpulkan bahawa belum banyak kajian yang secara khusus membahas bagaimana HMI dan peranannya dalam gerakan pemikiran dan dakwah di Indonesia.

Oleh karena itu, kajian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan mengelaborasi bagaimana posisi HMI dalam kaitannya dengan gerakan pemikiran dan dakwah dalam memberikan gambaran tentang aktivitas-aktivitas HMI, yang digerakkan untuk kepentingan dakwah Islam di Indonesia.

Baca Selengkapnya (klik link)

Sumber: Jurnal Insan Cita





0 Komentar